BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan pada masa kini
sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit
bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan
harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan
pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya
yang dapat dipertanggung-jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001).
Dengan demikian, semua pemberi pelayanan
ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan
klien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (“benchmark”) utama
keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).
Para penerima jasa pelayanan kesehatan
saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan
tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak
mereka sebagai penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industri jasa kesehatan
menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetentif
dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut.
Selayaknya industri jasa pelayanan
menaruh perhatian besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan ditentukan pula oleh kualitas berbagai komponen pelayanan termasuk
keperawatan dan sumber daya manusianya.
Kegiatan pelayanan keperawatan
berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat Muslim pertama yaitu Siti
Rufaida pada jaman Nabi Muhammad S.A.W selalu berusahan memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau
miskin.
Demikian pula Florence Nightingale
pada tahun 1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan
yang diberikan kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan
diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi
suatu profesi yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat
dan perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.
Tim pelayanan keperawatan memberikan
pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang
ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan
senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan klien.
Asuhan keperawatan yang bermutu dan
dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu
kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai suatu
kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk
memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika
profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,
perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
Proses keperawatan digunakan untuk
membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam
memecahkan masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat
dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien, sehingga
kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.
Proses keperawatan memberikan
kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan
komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan klinik,
serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan
kesehata
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1
Apa itu proses keperawatan?
1.2.2
Bagaimana tahap pengkajian proses
keperawatan itu?
1.2.3
Bagaimana tahap diagnose proses
keperawatan itu?
1.2.4
Bagaimana tahap perencanaan proses
keperawatan itu?
1.2.5
Bagaimana tahap impelmentasi proses
keperawatan itu?
1.2.6
Bagaiman tahap evaluasi proses
keperawatan itu?
1.2.7
Bagaimana tahap pendokumentasian proses
keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas didapatkan tujuan sebagai berikut:
1.3.1
Mengetahui apa itu proses keperawatan
1.3.2
Mengetahui bagaimana tahap pengkajian
dalam proses keperawatan
1.3.3
Menegtahui bagaimana tahap diagnose
dalam proses keperawatan
1.3.4
Mengetahui bagaimana tahap perencanaan
dalam proses keperawatan
1.3.5
Mengetahui bagaimana tahap implementasi
dalam proses keperawatan
1.3.6
Mengetahui bagaimana tahap evaluasi
dalam proses keperawatan
1.3.7
Mengetahui bagaimana tahap
pendokumentasian dalam prose keperawatan
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui apa itu
proses keperawatan, dan mahasiswa harus tahu bagaimana langkah-langkah proses
keperawatan seperti: pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi,
dan pendokumentasian.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Proses Keperawatan
Penerapan
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu
wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan
kepada klien.
Proses
keperawatan menurut Yura dan Wals (1983) adalah suatu metode yang sistematis
dan ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi
diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi tindakan
keperawatan, serta evaluasi.
Menurut
Carol V.A. (1991), proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk
mengkaji respons manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut.
2.2 Tahap Perencanaan
Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah
perencanaan. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Kozier et al. (1995)
perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap
yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan
dan pemecahan masalah.
Dalam
perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan
data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat
tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi
masalah kesehatan klien.
Langkah-langkah
dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan
yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa
keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir
kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi
yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).
Penetapan
prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang
sesuai dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas
dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan.
Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki
kebutuhan menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan,
antara lain high priority, intermediate priority, dan low priority. Dalam
menetapkan prioritas perawat juga harus memperhatikan nilai dan kepercayaan
klien terhadap kesehatan, prioritas klien, sumber yang tersedia untuk klien dan
perawat, pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan
medis.
Diagnosa
keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu dalam menentukan tujuan
keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan
kriteria hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey
& Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat
dalam menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang diharapkan ditekankan pada
diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-sumber klien serta sistem pelayanan
keperawatan (Bandman & Bandman, 1995, dalam Potter & Perry, 1997).
Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan dan kriteria
hasil yang diharapkan adalah:
1. Tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan merupakan petunjuk untuk intervensi
keperawatan pada individu.
2. Tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan menentukan efektivitas dari intervensi
keperawatan.
Dalam penulisan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
terdapat beberapa petunjuk, antara lain:
1. Berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan,
2. Merupakan hasil
akhir yang ingin dicapai.
3. Mencakup
kriteria hasil yang merupakan dasar untuk melakukan evaluasi.
4. Berpusat pada
klien.
5. Terlihat/ dapat
diamati.
6. Dapat diukur.
7. Adanya batasan
waktu.
8. Realistik.
Strategi
intervensi keperawatan berhubungan dengan diagnosa keperawatan spesifik yang
ditetapkan perawat untuk mencapai tujuan perawatan klien dan kriteria hasil.
Intervensi keperawatan yang spesifik harus berfokus dalam mengeliminasi atau
menurunkan etiologi (penyebab) dari diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan
pernyataan tujuan serta kriteria hasil. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan rencana intervensi keperawatan adalah:
a) Mengidentifikasi
alternatif tindakan.
b) Menetapkan dan
menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan.
c) Melibatkan
klien dan keluarganya.
d) Melibatkan
anggota tim kesehatan lainnya.
e) Mengetahui
latar belakang budaya dan agama klien.
f) Mempertimbangkan
lingkungan, sumber, dan fasilitas yang tersedia.
g) Memperhatikan
kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Harus dapat menjamin rasa aman klien.
h) Mengarah pada
tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai.
i)
Bersifat realistik dan rasional.
j)
Rencana tindakan disusun secara
berurutan sesuai prioritas.
Demikian
juga dalam tehnik penulisan rencana intervensi keperawatan, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:
1.
Kalimat yang ditulis harus berupa
kalimat instruksi, berfungsi untuk menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
Instruksi dibuat secara ringkas, tegas, tepat dan kalimat mudah dimengerti.
2.
Dapat dijadikan
alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim kesehatan lain untuk
kesinambungan asuhan keperawatan yang akdiberikan kepada klien.
3.
Memuat informasi yang selalu baru.
4.
Didokumentasikan pada tempat/ kolom
yang ditentukan sebagai pertanggung-jawaban dan pertanggunggugatan perawat
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Dalam
pelaksanaan rencana keperawatan perawat memakai format yang didalamnya terdapat
beberapa kolom. Kolom-kolom tersebut terdiri dari kolom diagnosa keperawatan,
kolom tujuan dan kriteria hasil, dan kolom rencana intervensi keperawatan
beserta rasionalnya.
Pada
tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
1. JENIS TINDAKAN
a. Secara mandiri (independen) : adalah
tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam
mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyait),
misalnya :
1) Membantu klien
dalam melakuan kegiatan sehari-hari
2) Memberikan
perawatan kulit untuk mencegah dekubitus
3) Memberikan
dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar
4) Menciptakan
lingungan terapeutik
b. Saling
ketergantungan (interdependent/kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti
dokter, fisioterapi, analis kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
1) Pemberian
obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter
2) Pemberian infus
c. Rujukan/ketergantungan
(dependen) : adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dan
sebagainya, misalnya :
1) Pemberian makan
pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi
2) Latihan fisik –
ahli fisioterapi
2.
FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan
perubahan sistem tubuh
d. Memantapkan hubungan klien dengan
lingungan
e. Implementasi pesan dokter
f. Mengupayakan
rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
3. PRINSIP-PRINSIP
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Berdasarkan
kepada respon klien
b. Berdasarkan penggunaan sumber yang
tersedia
c. Meningkatkan
kemampuan merawat diri sendiri dan self reliance
d. Sesuai dengan
standart praktik keperawatan
e. Memiliki dasar
hukum
f. Sesuai dengan
tanggung jawab praktek keperawatan
g. Kerjasama
dengan profesi lain
h. Penekanan pada
aspek pencegahan dan peningkatan kesehatan
i. Menerapkan
metode keperawatan yang paling efektif
j. Mempertimbangkan
kebutuhan kesehatan yang esensial
k. Memperhatikan
faktor perubahan lingkungan
l. Meningkatkan
peran serta klien dalam asuhan keperawatan klien.
4. PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Langsung : ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah
kesehatan klien
b. Delegasi : diserahkan kepada orang lain atau
perawat lain yang dapat dipercaya untuk
melakukan tindakan keperawatan klien.
5. PERTIMBANGAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Individualitas
klien
b. Melibatkan
klien dalam intervensi
c. Pencegahan
komplikasi
d. Mempertahanan
kondisi tubuh sebagai upaya peningkatan kesehatan
e. Rasa aman bagi
klien
f. Penampilan
perawat yang bijaksana
6. LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tinjau ulang
data dan pembaruan data
b. Revisi rencana keperawatan sebagai
respon terhadap perubahan respon klien terhadap masalah kesehatan
c. Menentukan
kebutuhan dan bantuan keperawatan klien
d. Implementasi
tindakan
e. Mempelajari
respon klien
f. Komunikasi.
7. DASAR STRATEGI DALAM MELAKSANAKAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Proses belajar
mengajar berkaitan dengan pendidikan kesehatan
b. Komunikasi dua
arah antara perawat dan klien
c. Ketrampilan
psikomotorik perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan klien
d. Kerjasama
diantara perawat dan profesi kesehatan lainnya
e. Kepemimpinan
keperawatan dalam menglola asuhan keperawatan
8. HAL-HAL YANG
PERLU DIPERHATIKAN
a. Tahap Persiapan
:
1) Memahami
rencana keperawatan
2) Memanfaatkan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
3) Menguasai
ketrampilan teknis keperawatan
4) Mengetahui
sumber daya yang diperlukan
5) Memahami aspek
hukum dan kode etik yang berlaku dalam bidang keperawatan
6) Mengetahui efek
samping dan komplikasi yang mungkin timbul
7) Mengetahui
standart praktik keperawatan untuk menguur keberhasilan
8) Penampilan perawat dalam melaksanaan
tindakan keperawatan harus meyakinkan
b. Tahap Pelaksanaan :
1)
Keselamatan klien
2)
Keamanan dan kenyamanan klien
3)
Pencegahan komplikasi.
2.3 Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
Dalam Implementasi tindakan
keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Individualitas klien, dengan
mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan
dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan
mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan
psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi.
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar
penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada
klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
6. Penampilan perawat yang bijaksana
dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.
Beberapa pedoman dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan respons klien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil
penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik
keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber
yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat profesi keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas
pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi
dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk
merawat diri sendiri (Self Care).
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan
upaya peningkatan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan
melindungi klien.
8. Memberikan pendidikan, dukungan dan
bantuan.
9. Bersifat holistik.
10. Kerjasama dengan profesi lain.
11. Melakukan dokumentasi.
Menurut Craven dan Hirnle (2000)
secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, antara
lain:
1.
Cognitive
implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat
pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk
klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
2. Interpersonal implementations,
meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan
komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan,
memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model,
dan lain lain.
3. Technical implementations, meliputi pemberian
perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan
perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,
melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam melakukan implementasi
keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan
jenis implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis
implementasi keperawatan, antara lain:
1. Independent implementations, adalah implementasi
yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan
klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
2.
Interdependen/
Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama
sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter.
Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin,
naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama
ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping
merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian,
ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta
respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian
perawat.
3. Dependent implementations, adalah
tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi
pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
Secara operasional hal-hal yang
perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah:
1. Pada tahap persiapan.
a. Menggali perasaan, analisis kekuatan
dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
b. Memahami rencana keperawatan secara
baik.
c. Menguasai keterampilan teknis
keperawatan.
d. Memahami rasional ilmiah dari
tindakan yang akan dilakukan.
e. Mengetahui sumber daya yang
diperlukan.
f. Memahami kode etik dan aspek hukum
yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.
g. Memahami standar praktik klinik
keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
h. Memahami efek samping dan komplikasi
yang mungkin muncul.
i.
Penampilan
perawat harus menyakinkan.
2. Pada tahap pelaksanaan.
a. Mengkomunikasikan/ menginformasikan
kepada klien tentang keputusan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
c. Menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan
komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan
yang telah diberikan.
3. Pada tahap terminasi.
a. Terus memperhatikan respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
b. Tinjau kemajuan klien dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Rapikan peralatan dan lingkungan
klien dan lakukan terminasi.
d. Lakukan pendokumentasian.
2.4 Tahap Evaluasi
Meskipun proses keperawatan mempunyai
tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan
proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan
klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Ø Tujuan dari
evaluasi antara lain:
1. Untuk
menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Untuk
menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan.
3. Untuk
menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Mendapatkan
umpan balik.
5. Sebagai
tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Perawat menggunakan berbagai kemampuan
dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan.
Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan
konsep model teori keperawatan.
Dalam melakukan proses evaluasi, ada
beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
1.
Mengkaji ulang
tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2.
Mengumpulkan
data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
3.
Mengukur
pencapaian tujuan.
4.
Mencatat
keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.
5.
Melakukan
revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel,
& Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1.
Evaluasi
struktur.
Evaluasi
struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan,
fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses.
Evaluasi proses
berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area
yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang
didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan
diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil
berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan
dan kriteria hasil.
Ø Adapun ukuran
pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Masalah
teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
b. Masalah
sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
c. Masalah tidak teratasi;
jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Untuk
penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa
hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah
tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning
adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.
2.5 Tahap Pendokumentasian
1. Teknik Dokumentasi
Teknik
dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi keperawatan
dalam penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik dokumentasi yang sering
digunakan:
a.
SOR (Source Oriented Record)
Adalah tehnik
dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan. Dalam
melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya. Catatan ini
cocok untuk pasien rawat inap.
b.
Kardex
Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan
membuat data penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan
terapi klien yang digunakan pada pasien rawat jalan.
c. POR (Problem Oriented Record)
POR merupakan
teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota
tim mengenai problem klien secara jelas.
Sistem POR ini mempunyai 4 komponen:
1. Data dasar
2. Daftar masalah
3. Rencana awal
4. Catatan perkembangan
2. Format Dokumentasi
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima
bentuk format yang lazim digunakan:
a. Format
naratif
Merupakan format yang dipakai untuk
mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.
b. Format
Soapier
Format inib dapat digunakan pada
catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem oriented medical record)
yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota tim perawat.
Format
soapier terdiri dari:
ü S = Data Subjektif
Masalah yang dikemukakan dan
dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien
ü O = Data Objektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang
berhubungan dengan diagnose keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi
dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic laboratorium.
ü A = Pengkajian (Assesment)
Analisis data subjektif dan objektif
dalam menentukan masalah pasien.
ü P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau
untuk yang akan dating dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan
optimal.
ü I = Intervensi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat
ü E = Evaluasi
Merupakan analisis respon pasien
terhadap intervensi yang diberikan
ü R = Revisi
Data pasien yang mengalami perubahan
berdasarkan adanya respon pasien terhadap tindakan keperawatan merupakan acuan
perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi rencana asuhan kepeawatan.
c. Format
fokus/DAR
Semua masalah pasien diidentifikasi
dalam catatan keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus
dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan (action) dan respon (R)
d. Format
DAE
Merupakan system dokumentasi dengan
konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan
diidentifikasi dalam catatan perawatan, terkait pada rencana keprawatan atau
setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose
keperawatan.
e. Catatan
perkembangan ringkas
Dalam menuliskan catatan
perkembangan diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
v Adanya perubahan kondisi pasien
v Berkembangnya masalah baru
v Pemecahan masalah lama
v Respon pasien terhadap tindakan
v Kesediaan pasien terhadap tindakan
v Kesediaan pasien untuk belajar
v Perubahan rencana keperawatan
v Adanya abnormalitas atau kejadian
ayng tidak diharapkan
Pendapat Aziz Alimul (2001) diatas juga mempunyai kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pendapat Aziz Alimul (2001) diatas juga mempunyai kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Enam model pendokumentasian tersebut
adalah sebagai berikut :
a. SOR
(Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas
dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Catatan
berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:
v Lembar penerimaan berisi biodata
v Lembar order dokter
v Lembar riwayat medic
v Catatan perawat
v Laporan khusus
b. POR
(Problem Oriented Record)
Model ini memusatkan data tentang
klien disusun menurut masalah klien. System ini mengintegrasikan semua data
mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya terdiri dari 4 komponen:
v Data dasar
v Daftar masalah
v Perencanaan awal
v Catatan perkembangan (progress note)
c. Progress
Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan)
Tiga jenis catatan perkembangan: Catatan
perawata (nursing note) Lembar alur (floe sheet), Catatan pemulangan dan
Ringkasan Rujukan (Discharge Summary)
d. CBE
(Charting by Exception)
CBE (Charting by Exception) Adalah
system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik keperawatan).
e.
PIE (Problem Intervention and Evaluation)
PIE (Problem Intervention and
Evaluation)Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan
penekanan pada proses keperawatan dan diagnose keperawatan.
f.
FOCUS
Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons)
Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi asuhan keperawatan dimana: Data berisi data subjektif dan objektif serta data focus Action : tindakan yang akan dikaukan Respons : keadaan respon yang akan dilakukan.
Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons)
Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi asuhan keperawatan dimana: Data berisi data subjektif dan objektif serta data focus Action : tindakan yang akan dikaukan Respons : keadaan respon yang akan dilakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan
ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah
kesehatan yang dialami.
Proses keperawatan terdiri dari 5
tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di
pisahkan satu sama lain.
3.2 Saran
1. Perawat harus
memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pengkajian,karena pengkajian
data merupakan dasar utama dari pelaksanaan proses keperawatan.
2. Pengkajian
keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data akurat.
3. Dalam
menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4. Data yang
diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.
5. Perawat tidak
boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry.
1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta
: EGC
http://contohmakalahproseskeperawatan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-keperawatan.html
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar